(cerita jalan hidupku,maaf q tak bisa mengetik semuanya karena keterbatasan biaya jd hanya bisa cerbung)
"jal, kenapa semua ini harus kita alami? Seandainya aku diminta untuk memilih hidup atau mati, aku akan memilih mati saja jal. Aku tidak sanggup lagi jalani hidup ini” katanya padaku
Asal kamu tau jal, setiap malam aku menangis, aku tidak kuat menahan akan hangatnya sebuah keluarga, kamu lihat sekeliling jal, apakah ada sanak saudara disini? Tidak kan?”yang ada hanya segelintir saudara tiri yang tidak begitu peduli pada nasib kita” Lanjutnya
Aku hanya bisa terdiam tanpa kata, mencoba memahami apa isi hatinya.
“Lantas apa yang kamu pikirkan mi? tanyaku
“Aku ingin pulang saja jal, aku lebih memilih tinggal bersama keluarga dibandingkan dengan saudara tiri yang hanya ingin menang sendiri tanpa memikirkan perasaan kita jal, apakah kamu kali ini akan ikut? Kita kabur bersama-sama jal, kamu mau?” ajaknya
“maaf mi aku tidak biasa, apa kamu tahu resiko yang kita dapat kalau kita pulang? Jangankan kabur mi ! izin pun kita tidak akan bias sekolah!apa kamu mau kita tidak biasa sekolah lagi dan membiarkan mereka sekolah setinggi mungkin dan mengejar cita-cita mereka sedangkan kita hanya terus menerus menyalahkan keadaan” jawabku
Apa kamu lupa mi, pada janji kita dulu kepada ibu saat kita hendak kesini? “Apa kamu akan menyerah begitu saja?“ Jawab mi!
Dia hanya bisa terdiam dan tertunduk, aku tidak tau apa yang dia pikirkan. Setelah beberapa saat kulihat air mata mulai menghiasi pipinya, aku baru kali ini melihatnya menitikan air mata. Aku hanya bisa menebak, betapa berat jalan hidup yang dia alami.walaupun kami tumbuh besar bersama tapi kami jarang hidup dan tinggal bersama. Sejak usia 6 bulan aku sudah di asuh oleh nenekku karena saat itu ibu sedang mengandung adikku hilmi. Aku baru mengenal hilmi saat usiaku menginjak umur 6 tahun saat itu aku masih takut dengan orang tua karena saat itu aku masih yakin orang tua aku adalah nenek dan kakekku, tapi lambat laun akhirnya aku pun tersadar. aku bukanlah anak mereka, aku hanyalah cucu yang mereka rawat mungkin agar aku bisa tumbuh hingga saat ini, entah apa jadinya jikalau aku tak dirawat oleh nenek dan kakek ku apakah mungkin aku bissa hidup sampai saat ini? berbeda lagi dengan kehidupan adikku, dejak kecil dia sudah bersama - sama dengan ibu dan bapak ku, walaupun kami tidak terlahir di keluarga yanga kaya ataupun keluarga yang sederhana setidaknya dia merasakan hangatnya kasih sayang orang tua, tapi walaupun begitu aku bersyukur, setidaknya aku mendapat kasih sayang dari nenek dan kakeku.(bersambung )